Pada tahun 2018, Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, meluncurkan kebijakan tarif tinggi sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi live casino defisit perdagangan Amerika dan mendorong kemandirian industri dalam negeri. Langkah ini memicu respons balasan yang cepat dari negara-negara mitra dagang utama, termasuk Meksiko, Kanada, dan Tiongkok. Perang dagang yang tercipta ini memiliki dampak besar tidak hanya bagi negara-negara yang terlibat, tetapi juga bagi perekonomian global secara keseluruhan.
Kebijakan Tarif Trump dan Tujuan Ekonominya
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump dimulai dengan kenaikan tarif atas impor baja dan aluminium pada bulan Maret 2018. Langkah ini dilatarbelakangi oleh klaim bahwa praktik perdagangan tidak adil, seperti subsidi besar-besaran oleh negara-negara penghasil baja utama, merugikan industri baja Amerika. Trump berpendapat bahwa tarif tinggi tersebut diperlukan untuk melindungi industri domestik dan meningkatkan produksi dalam negeri, yang pada gilirannya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja.
Namun, tarif ini tidak hanya dibebankan pada produk baja dan aluminium. Amerika Serikat juga menerapkan tarif baru terhadap sejumlah barang impor lainnya dari negara-negara besar, termasuk China, yang kemudian menjadi titik fokus utama dalam perang dagang ini. Tiongkok, sebagai salah satu mitra dagang terbesar AS, menganggap langkah ini sebagai tindakan proteksionis yang merugikan, dan segera merespons dengan kebijakan serupa.
Reaksi Meksiko, Kanada, dan Tiongkok
Meksiko
Meksiko, sebagai mitra dagang utama Amerika Serikat dalam perjanjian perdagangan NAFTA (yang kemudian digantikan oleh USMCA), tidak tinggal diam atas tarif yang dikenakan pada baja dan aluminium. Pada bulan Juni 2018, Meksiko mengumumkan tarif pembalasan atas barang-barang asal Amerika Serikat, termasuk daging sapi, buah-buahan, dan produk-produk lain yang penting bagi ekonomi AS. Langkah ini menandai dimulainya ketegangan perdagangan yang lebih besar antara kedua negara, dengan dampak signifikan bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada hubungan perdagangan lintas perbatasan.
Kanada
Kanada juga memberikan balasan dengan mengenakan tarif pada produk-produk asal Amerika Serikat yang bernilai miliaran dolar. Beberapa produk yang terkena tarif tersebut termasuk motor, keju, dan bahan-bahan konstruksi. Seperti Meksiko, Kanada merasa bahwa langkah tarif ini merugikan hubungan ekonomi mereka dengan Amerika, terutama mengingat posisi Kanada sebagai mitra dagang utama AS. Pemerintah Kanada mengklaim bahwa kebijakan tarif tersebut tidak adil dan bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas yang selama ini menjadi dasar hubungan dagang antara kedua negara.
Tiongkok
Namun, respons paling signifikan datang dari Tiongkok. Sebagai mitra dagang terbesar kedua AS, Tiongkok mengenakan tarif balasan terhadap barang-barang AS, mulai dari kedelai hingga mobil. Tiongkok, yang sudah lama memiliki surplus perdagangan dengan Amerika Serikat, menargetkan sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor ke China, seperti pertanian dan manufaktur. Selain itu, pemerintah Tiongkok juga meningkatkan upaya untuk mencari pasar baru bagi produk-produknya, mempercepat upaya diversifikasi pasar untuk mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat.
Dampak Perang Dagang Global
Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagang utama ini memberikan dampak yang cukup luas pada perekonomian global. Sumber daya yang sebelumnya digunakan untuk meningkatkan perdagangan antarnegara kini terkikis oleh ketidakpastian tarif dan kebijakan proteksionis. Beberapa sektor, seperti pertanian, manufaktur, dan teknologi, merasakan dampak langsung dari kenaikan biaya akibat tarif yang diterapkan oleh negara-negara yang terlibat.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat yang bergantung pada impor bahan baku dari luar negeri juga terpaksa menghadapi lonjakan biaya produksi, yang pada gilirannya berisiko mengurangi daya saing produk-produk mereka di pasar internasional. Bagi negara-negara yang menjadi target tarif, seperti Tiongkok dan Meksiko, dampak jangka panjangnya adalah penurunan ekspor dan kemungkinan terjadinya stagnasi ekonomi.
Kesimpulan
Perang dagang yang dimulai dengan kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump pada 2018 telah memicu respons cepat dari Meksiko, Kanada, dan Tiongkok. Setiap negara yang terlibat dalam konflik ini berusaha untuk melindungi kepentingan ekonominya masing-masing, namun dampaknya tidak hanya terbatas pada negara-negara tersebut, melainkan juga mengganggu perekonomian global. Meskipun tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi defisit perdagangan dan melindungi industri dalam negeri, perang dagang tersebut membawa risiko ketidakpastian yang dapat merugikan lebih banyak pihak di jangka panjang.