Universitas Gadjah Mada: Kampus Perjuangan atau Seaside Resorts for the Middle and Working Classes?
UGM: Kampus Legendaris yang Nggak Ada Seaside-nya
Siapa yang nggak kenal Universitas Gadjah Mada (UGM)? Kampus ini terkenal sebagai salah satu universitas tertua dan terbaik di Indonesia. Letaknya di Yogyakarta, kota yang visit us adem ayem, penuh sejarah, dan tentunya jauh dari pantai. Nah, tapi kalau kita lihat dari sudut pandang unik, bisa nggak sih UGM dikaitkan dengan „seaside resorts for the middle and working classes“?
Ya, memang sih, kalau dibandingin sama Bali atau Lombok, jelas UGM nggak ada hubungannya sama laut. Tapi kalau diibaratkan sebagai „resor“ buat kaum menengah dan pekerja keras alias mahasiswa, UGM adalah tempat yang sempurna!
UGM: Seaside Resorts for the Middle and Working Classes Versi Akademik
Di UGM, mahasiswa dari berbagai latar belakang ekonomi berkumpul. Kalau resor di tepi pantai itu tempat healing, maka UGM adalah resor akademik yang menawarkan liburan panjang dalam bentuk tugas, skripsi, dan praktikum. Bedanya, di resor sungguhan orang datang buat santai, sementara di UGM mahasiswa datang buat mikir keras.
Buat kelas menengah dan pekerja keras alias mahasiswa, ada banyak spot yang bisa dianggap sebagai „pantai“ versi kampus. Contohnya:
- Perpustakaan UGM: Ini seperti pantai bagi mereka yang suka menyelam dalam lautan buku dan jurnal ilmiah.
- Lembah UGM: Tempat mahasiswa rebahan sambil meratapi tugas yang nggak kelar-kelar, mirip orang berjemur di pinggir laut sambil memikirkan kehidupan.
- Kantin Bonbin: Ini seperti kafe di tepi pantai tempat mahasiswa menikmati „santapan khas“ (nasi murah meriah) sambil ngobrol ngalor-ngidul.
Ombak Kehidupan Mahasiswa UGM
Kalau di pantai ada ombak, di UGM ada ombak lain yang nggak kalah ganas, yaitu ombak deadline dan revisi skripsi. Setiap mahasiswa pasti pernah merasakan diterjang „gelombang“ tugas dadakan dari dosen. Kadang pas lagi santai, tiba-tiba dosen kasih tugas kelompok yang bikin kepala pusing.
Belum lagi tsunami yang bernama skripsi. Banyak mahasiswa UGM yang awalnya semangat 45, tapi makin ke sini makin terombang-ambing di lautan kebingungan. Ada yang tenggelam di Bab 2, ada juga yang selamat sampai Bab 5 tapi dihantam revisi bertubi-tubi.
Pantai Impian Mahasiswa UGM
Karena kehidupan di UGM penuh dengan ombak akademik, nggak heran kalau mahasiswa UGM sering punya impian buat liburan ke pantai beneran. Bahkan, sebelum lulus, banyak yang udah bikin wishlist:
- Ke Bali buat self-reward setelah skripsi kelar
- Ke Lombok buat menenangkan jiwa setelah dihantam revisi
- Ke Gunungkidul karena lebih hemat ongkos dibandingkan ke Bali
Tapi kenyataannya, banyak yang akhirnya healing ke kosan aja karena dompet mahasiswa seringkali lebih kering dari pasir pantai.
Kesimpulan: UGM = Resor Ilmiah Tanpa Laut
Jadi, apakah UGM bisa disebut sebagai „seaside resorts for the middle and working classes“? Secara harfiah, jelas nggak. Tapi kalau diartikan sebagai tempat berjuang, berkumpulnya orang-orang pekerja keras, dan penuh dinamika, maka UGM adalah versi akademik dari resor pantai!
Bedanya, di sini nggak ada sunset yang indah, tapi ada sunrise dari layar laptop yang menyala semalaman.